Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Melambat, Bank Tumpuk Dana di FasBI

Kompas.com - 10/07/2013, 08:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga Fasilitas Bank Indonesia (FasBI) 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 4,25 persen, menjadi "berkah" bagi industri perbankan. Bank masih bisa mendapatkan marginyang memadai saat permintaan kredit sedang melemah.

Berdasarkan data BI, intensitas bank yang kelebihan likuiditas dan memarkir dana mereka di FasBI meningkat signifikan. Pada Juni 2013 dana perbankan yang berputar di FasBI sudah mencapai Rp 113,22 triliun atau meningkat  87,51 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah, mengatakan kenaikan suku bunga FasBI didasarkan beberapa pertimbangan. Yakni, BI ingin memberikan sinyal pada pasar agar segera mempersiapkan diri atas dampak kenaikan suku bunga acuan alias BI rate.

BI juga ingin mencegah bank memarkir dana mereka di luar negeri. "Kekhawatiran kami, bila dana bank di luar negeri, akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah," ujarnya pekan lalu.

Direktur Keuangan Bank Internasional Indonesia (BII), Thilagovathy Nadason, mengatakan bagi bank berlikuiditas tinggi, kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi masalah. Bank harus melakukan penempatan dana, sementara daya serap masyarakat terhadap kredit melemah karena beban meningkat akibat kenaikan inflasi.

Hal ini yang membuat bank membenamkan dana mereka di FasBI, apalagi instrumen ini bersifat overnight. "Kalau bisa memilih, tentu bank lebih memilih menyalurkan kredit ketimbang menyimpan di FasBI. Sebelumnya, dana di FasBI merupakan fasiltas kredit yang belum dicairkan nasabah," ujarnya.

Informasi saja, pasca-kenaikan harga BBM, penyaluran kredit perbankan melambat. Jika pada bulan sebelumnya kredit bank tumbuh di kisaran 21-22 persen secara tahunan, pada Juni lalu kredit bank hanya tumbuh 20,5 persen menjadi Rp 2.974,34 triliun.

Nah, yang menarik adalah data penempatan bank ke instrumen di Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Meski bank kelebihan likuiditas dan kredit bertumbuh transaksi pada instrumen ini tidak tumbuh signifikan.

Transaksi dalam PUAB hanya bertambah Rp 1 triliun. "Hal ini karena tidak ada bank yang memberi pinjaman dan tidak ada yang meminjam di interbank, sehingga dana masuk FasBI," ujar Direktur Keuangan Bank Mega, Sugiharto. Sepinya PUAB menunjukkan bank masih enggan memutar dana di instrumen ini, karena ada segmentasi  dan counterparty risk. (Roy Franedya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com