Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kondisi Ekonomi Tiongkok

Kompas.com - 12/04/2014, 17:25 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


HONGKONG, KOMPAS.com
- Pengamat menyatakan ekonomi Tiongkok kehilangan momentum pada kuartal I 2014 dan meleset dari target pemerintah. Apa yang sebenarnya terjadi pada ekonomi terbesar kedua dunia ini?  Produk domestik bruto (PDB) Tiongkok diprediksi mencapai 7,3 persen pada kuartal I 2014.

Para ekonom yang disurvei CNN Money, juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2014 mencapai 7,3 persen, di bawah target pemerintah yang mencapai 7,5 persen.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sangat dicermati terkait upaya pemerintah melakukan reformasi ekonomi setelah bertahun-tahun "lari kencang." Perlambatan memang sangat terlihat.

PDB Tiongkok tercatat sebesar 7,7 persen dalam dua tahun terakhir, dibandingkan 9,3 persen pada tahun 2011 dan 10,5 persen di tahun 2010. Pemerintah Tiongkok menyatakan, nyaman dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 7,5 persen.

"Pemerintah telah menggarisbawahi bahwa menjaga pertumbuhan adalah tujuan ekonomi terpenting. Pemerintah pun telah mulai mengambil langkah yang tak ambisius untuk mendukung pertumbuhan," kata Ekonom RBS Louis Kuijs.

Selama tiga kuartal terakhir, beberapa ekonom, menyatakan pertumbuhan kredit masih menjadi tantangan terbesar perekonomian Tiongkok. Ini adalah akar dari berbagai tantangan yang dialami Negeri Tirai Bambu itu.

Ekonom Societe Generale Wei Yao mengatakan, pemerintah Tiongkok harus mengerem pertumbuhan kredit, walaupun berarti akan berdampak pada menurunnya investasi domestik. Beberapa permasalahan lain adalah pasar properti yang overheat dan meningkatnya volatilitas mata uang yuan.

"Intinya adalah tidak ada jalan keluar yang mudah untuk keluar dari masalah yang dihadapi Tiongkok," ujar Ekonom Daiwa Lai dan Tang.

Dampak bagi Indonesia

Perlambatan ekonomi Tiongkok tentu saja akan berdampak kepada negara-negara yang menggantungkan nasib ekspornya ke Tiongkok, termasuk Indonesia. Tiongkok adalah konsumen terbesar produk-produk ekspor Indonesia, terutama komoditas.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Solikin M Juhro beberapa waktu lalu mengaku pihaknya masih memandang kondisi di Tiongkok masih dicermati menjadi faktor yang dapat memberikan risiko perlambatan. Sebab, hal ini berkaitan dengan ekspor komoditas Indonesia.

"Tiongkok kenapa penting? Karena saat ini kan dia ingin soft landing. Perlambatan di Tiongkok mempengaruhi harga komoditas internasional. CPO, karet, timah itu kan konsumen tetbesarnya Tiongkok. Kalau Tiongkok melambat maka ekspor komoditas kita akan terpengaruh," jelasnya.

Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) memprediksi perlambatan ekonomi Tiongkok akan berpengaruh pada volume ekspor Indonesia.

"Pertumbuhan akan lebih flat. Negara yang penting dicatat adalah Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melemah karena ada penurunan pertumbuhan kredit. Dengan demikian pertumbuhan ekspor kita akan tertahan," kata Deputy Country Director ADB untuk Indonesia Edimon Ginting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com