"Akan sulit membatasi defisit sehingga hanya 2,4 persen dari PDB, seperti yang diproyeksikan dalam APBN 2014, terutama apabila harga minyak dunia semakin meningkat," ujar Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop di Jakarta, Senin (20/7/2014).
Dia menjelaskan, depresiasi rupiah dan naiknya harga minyak telah memperbesar defisit fiskal karena dengan itu akan menambah biaya subsidi energi oleh pemerintah. Selain itu, menurut Ndiame, dampak dari kenaikan harga minyak tersebut akan memperberat pemerintah karena sebelumnya defisit fiskal juga sudah terjadi karena menurunnya pendapatan negara akibat menurunnya ekspor.
Sampai saat ini total pendapatan Indonesia terhadap PDB telah turun dari 16,3 persen pada 2011 menjadi 15,3 persen pada 2013. Atas beberapa masalah keuangan yang dihadapi Indonesia saat ini, menurut dia, pemerintah baru akan menghadapi tantangan jangka panjang dalam mengatasi peningkatan ketimpangan.
Meskipun tingkat kemiskinan telah berhasil ditekan, tetapi realitas mengatakan bahwa kesenjangan semakin melebar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.