Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bursa Menteri Perhubungan, dari Jonan hingga Danang

Kompas.com - 26/09/2014, 07:35 WIB

KOMPAS.com -
Angkutan umum yang tidak nyaman kerap menjadi dalih bagi pengguna kendaran pribadi sehingga enggan menaiki kendaraan umum. Tak heran jika lalu–lintas di kota-kota besar seperti Jakarta semakin macet. Dampak lain, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) semakin membengkak. Karut-marut dunia transportasi itu tak urung menggiring perhatian kita kepada kiprah Kementerian Perhubungan (Kemhub) sebagai otoritas penyelenggara transportasi di republik ini. Sosok menteri seperti apa yang layak menduduki takhta kementerian itu nanti?

Andy Porman, Sekretaris Perusahaan PT Ekasari Lorena Transport Tbk bilang menteri anyar harus memikirkan transportasi massal yang murah dan nyaman agar masyarakat mau beralih ke angkutan umum. "Transportasi darat dan kereta api, kan bisa menyangkut banyak orang," ujarnya kepada KONTAN, (24/9/2014).

Dari kalangan pelaku transportasi udara, Denon Berriklinsky Prawiraatmadja, Ketua Penerbangan Charter Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menilai, industri ini terhimpit tantangan kurs dollar Amerika Serikat yang terus meroket sehingga mengerek harga avtur. Hal ini diperparah dengan rumitnya birokrasi dan regulasi industri penerbangan. Sebut saja aturan beban pajak atas spare part pesawat.

Denon yang tak lain adalah Direktur Utama PT Whitesky Aviation menuding, pemerintah tak mendukung industrinya. "Kalau enggak ada dukungan dari pemerintah bisa jadi yang terbang di Indonesia nanti maskapai asing semua," ujarnya.

Oleh karena itu, berbagai harapan menyeruak di benak para pelaku usaha. Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelni), Sulistyo Wimbo Hardjito menyebutkan, pengganti E. E. Mangindaan harus giat membangun infrastruktur untuk operasional angkutan kapal. Pasalnya, keterbatasan pelabuhan membikin kapal tak bisa mudah bersandar. Padahal keberadaan pelabuhan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah. 

Menurut Wimbo, lokasi pembangunan pelabuhan yang harus menjadi prioritas adalah Indonesia Timur. Pria yang sebelumnya adalah Direktur Komersial PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu juga menilai pemerintah harus mengembangkan kereta api di Sumatera.

Kalau Eddy Kurniawan Logam, Direktur Utama PT Logindo Samudera Makmur Tbk mengingatkan soal industri pertumbuhan produksi kapal dalam negeri yang tidak sampai 10 persen. Ironisnya, Indonesia adalah negara maritim.

Sayangnya saat ditanya siapa sosok menteri yang diharapkan menjabat, tak satu pun pengusaha bersedia menyebutkan nama. Ekasari Lorena, Direktur PT Eka Sari Lorena Transport Tbk  hanya meminta agar menteri baru berasal dari kalangan praktisi, agar fokus menyelesaikan masalah ketimbang menjalankan praktik balas budi. Sementara Denon dan Eddy kompak menyerahkan keputusan ke calon presiden terpilih, Joko Widodo dan wakilnya Jusuf Kalla.

Hanya Andy yang bilang, kalau dari sisi moda transportasi keretaapi, Ignasius Jonan, Direktur Utama KAI, terbukti kehebatannya. "Tapi tidak tahu nanti untuk urusan kementerian," catat Andy.

Asal tahu saja, beberapa nama calon Menteri Kemhub yang santer beredar seperti Chappy Hakim (Mantan Kepala Staf Angkatan Udara), Danang Parikesit (Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia) dan Ignasius Jonan (KAI). (RR Putri Werdiningsih)

baca juga: Pengamat: Menteri Ekonomi Jangan 'Inggah-Inggih pada Politik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com