Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Waka BIN Buka-bukaan soal Menjadi Bos Freeport

Kompas.com - 22/01/2015, 14:25 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoeddin mengaku tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari raksasa tambang berbasis AS tersebut.

Maroef pun mengaku baru ditawari menjadi orang nomor satu di Freeport setelah pensiun dari Badan Intelijen Negara (BIN). Namun siapa sangka, gerak-geriknya dalam mengamankan stabilitas Papua 2011 silam telah menarik perhatian Jim Bob Moffet, Chairman of Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.

Maroef di kantornya bercerita kepada wartawan, Kamis (22/1/2015), bahwa pada 2011, pemogokan terjadi di area operasional tambang di Papua.

"Kalau mau lihat, indikatornya lihat pada 2012, kontribusi PTFI itu menurun betul. Ini kalau berdampak terus-terusan, karena pada saat itu sudah rusuh, ada beberapa korban jiwa, pemerintah pada saat itu, Desember 2011, memutuskan agar stabilitas Papua harus berjalan terus," kenang Maroef.

Waktu itu pemerintah mengambil langkah agar BIN menyelesaikan permasalahan di Papua untuk menciptakan stabilitas. Maroef pada saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua BIN. Ia mendapat perintah tersebut dari pemerintah. Maroef mengatakan, dia hanya melakukan cara-cara persuasif kepada kedua belah pihak, baik manajemen Freeport maupun karyawan, untuk mengetahui akar permasalahannya.

Maroef juga bertemu dengan pihak-pihak yang melakukan pemogokan. Waktu itu, kata dia, ada protes bahwa makanan yang diberikan Freeport tidak layak.

"Fasilitas yang diberikan untuk jabatan wakil kepala BIN tidak saya pakai. Saya coba mendalami kehidupan karyawan. Saya makan bareng mereka. Sentuhan-sentuhan manusiawi itu bisa menjadi jembatan untuk mempertemukan akar masalah masing-masing," ungkap Maroef.

Dari situlah, dia melanjutkan, kondisi Papua kembali normal dalam waktu tiga minggu. Operasional pertambangan juga kembali berjalan. "Di situ saya mulai berkenalan dengan Freeport. Di situlah saya kenal Jim Bob," tutur Maroef.

Maroef mengatakan, setelah dia purnatugas dari BIN dan menghabiskan masa liburannya, Moffat memintanya untuk menjadi presiden direktur PT FI. Mendapat tawaran tersebut, Maroef hanya menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakangdi bidang pertambangan, akuntansi, ataupun hukum. Maroef pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi bagian penting dari Freeport.

"Orang tua itu (Jim Bob) mengatakan, 'Saya tidak peduli background itu. Saya perlu kamu untuk duduk sebagai presdir perusahaan ini'," kata Maroef mengutip Jim Bob.

Untuk beberapa saat, Maroef masih ingin mencerna dan mempelajari terlebih dahulu soal Freeport. Dia pun pada akhirnya menemukan bahwa banyak sekali kontribusi yang diberikan Freeport, khususnya kepada masyarakat Papua. Lebih dari 40 tahun di Indonesia, Freeport turut membangun pendidikan dengan mengembangkan Institut Penambangan Nemangkawi, yang 90 persen mahasiswanya berasal dari Papua.

Adapun tenaga kerja di Freeport, 64,04 persen adalah non-Papua, 35 persen Papua, dan hanya 1,3 persen tenaga kerja asing. "Dia (Freeport) membuka peluang cukup besar, empat kali lipat peningkatan tenaga kerja Papua. Dari situ saya cerna bahwa background saya sebagai seorang TNI yang pernah bertugas 34 tahun sejalan dengan ini. Ini (Freeport) harus diamankan dan ditingkatkan. Betul-betul harus dikawal," ucap Maroef.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com