Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"It’s Time to Sell Dollars.."

Kompas.com - 12/03/2015, 08:24 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) Universitas Gadjah Mada, Anthonius Tony Prasetiantono yakin saat ini adalah waktu yang tepat untuk melepas dollar AS. Menurut dia, penguatan dollar AS tidak akan bertahan lama dan terus menekan nilai tukar rupiah sampai Rp 13.500.

Untuk diketahui pada perdagangan hari ini nilai tukar mata uang Garuda sudah ada di kisaran Rp 13.200 per dollar AS.

“Saya masih yakin bahwa pada titik dollar seperti sekarang mestinya orang langsung melepas dollar AS. It’s time to sell. Permintaan atas dollar (beberapa saat) mungkin naik, tapi pada titik tertentu orang pasti berfikir, ini saat yang tepat untuk menjual,” kata Tony, ditemui di sela-sela Microfinance Forum 2015 di Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Tony pun yakin, penguatan dollar AS ini akan terkoreksi. Rupiah diprediksi tidak akan menembus Rp 13.500 per dollar AS. Penyebabnya logis, Tony bilang, dollar AS yang terlalu kuat juga tidak baik bagi perekonomian negeri Paman Sam itu, lantaran akan menurunkan daya saing produk mereka.

“Ini berita terakhir yang saya dengar, perusahan P&G (Protect and Gamble) sudah mengeluh daya saing produk mereka menurun sehingga, dunia usaha di Amerika berharap dollar AS jangan terlalu kuat dong,” kata dia.

Apalagi melihat pesaingnya, salah satu rival terberatnya di manufaktur yakni Unilever. Produk P&G, dengan makin perkasanya dollar AS, justru malah kehilangan daya saingnya. Tony menambahkan, selain melemahkan daya saing produk, penguatan dollar AS ini juga berpeluang menurunkan kunjungan wisatawan ke Amerika Serikat, sebab biaya ke sana menjadi lebih mahal.

“Saya yakin Amerika tidak happy, dunia usaha di sana mengeluh. P&G kan saingannya Unilever, jadi produk P&G seperti shampoo tersaingi produk Eropa, apalagi Euro lagi melemah. Jangan dikira dunia usaha Amerika senang. Terlalu strong dollar AS, saya kira juga tidak baik,” jelas Tony.

“Saya kira ini yang membuat Janet Yellen berpikir ulang untuk tidak segera menaikkan suku bunga atau minimal target 1 persen di akhir tahun tidak dipenuhi,” ucap dia.

baca juga: Menkeu: Pelemahan Rupiah Berdampak Serius jika Terjadi Tahun Lalu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com