Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Industri Asuransi Jiwa Tahun 2014 Capai Rp 167,7 Triliun

Kompas.com - 19/03/2015, 13:00 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com
- Industri asuransi jiwa pada tahun 2014 meraup total pendapatan sebesar Rp 167,76 triliun, atau meningkat 33,3 persen dari tahun 2013 sebesar Rp 125,82 triliun. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, pendapatan tersebut didapat dari total pendapatan premi, hasil investasi, klaim reasuransi, dan pendapatan lainnya.

Ketua Umum, AAJI, Hendrisman Rahim mengatakan pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan total pendapatan premi sebesar 6,7 persen atau senilai Rp 121,62 triliun.

"Pertumbuhan total pendapatan premi di kuartal keempat 2014, merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2014," kata Hendrisman dalam jumpa pers mengenai kinerja industri asuransi jiwa Q4 2014, di kantornya, Jakarta, Kamis (19/3/2015).

Selain itu, menurut dia, pertumbuhan pendapatan tersebut didukung juga oleh peningkatan hasil investasi sebesar 458,2 persen menjadi senilai lebih dari Rp 40,84 triliun di akhir tahun 2014. Kemudian, AAJI juga menilai pemahaman nasabah akan pentingnya mempertahankan perlindungan jangka panjang dari asuransi jiwa. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan total premi lanjutan.

"Tercermin dari meningkatnya total premi lanjutan sebesar 22,2 persen menjadi senilai Rp 51,59 triliun," jelas Hendrisman.

Menurut Kepala Departemen Komunikasi AAJI, Nini Sumohandoyo peningkatan total premi lanjutan menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa. "Angka total premi lanjutan, menunjukkan masyarakat sudah sadar pentingnya asuransi, khususnya asuransi jiwa," jelas Nini dalam acara yang sama.

Namun, di tahun 2014 ada 2 perlambatan, pertama yaitu total premi bisnis baru mengalami perlambatan sekitar 2,4 persen atau Rp 70,04 triliun. Lebih kecil Rp 1,69 triliun dari tahun 2013 sebesar Rp 71,73 triliun. Kemudian perlambatan kedua terjadi di total tertanggung kumpulan, dimana di tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 48,7 persen.

Hendrisman mengatakan, penurunan tersebut disebabkan oleh produk asuransi perjalanan (travel insurance) yang dalam perjalanannya tidak menguntungkan.

"Dulu ada 3 perusahaan yang produknya banyak ke insurance travel, misal ke Hongkong 1 minggu, jadi perputaran tinggi, tapi dari premi tidak menguntungkan. Sehingga di stop pertengahan tahun ini, sehingga total premi menurun. Sampai akhir tahun 2015 akan terkena dampaknya pada laporan kita," jelas Hendrisman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com