Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri BUMN: Kalau Harganya Tidak Tepat, Kenapa Pertamina Caplok TPPI

Kompas.com - 20/04/2015, 15:34 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno menuturkan, pemerintah harus menimbang banyak hal sebelum menuruti usulan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) yang meminta pemerintah mendukung kepada PT Pertamina (Persero) mencaplok PT Trans Pacific Petrichemical Indotama (TPPI).

"Yang kita minta adalah melihat secara hukumnya. Kalau tidak bisa mengontrol dengan benar dan harganya tidak tepat, ya ngapain ngambil TPPI. Ya kan?" kata Rini ditemui di sela-sela World Economic Forum on East Asia 2015, Jakarta, Senin (20/4/2015).

Rini menuturkan, saat ini Kementerian BUMN telah menugaskan deputinya untuk melakukan kajian terhadap TPPI. Rini juga mengatakan, pihaknya meminta direksi Pertamina untuk mengkaji dengan betul sebelum memutuskan mengakuisisi TPPI.

"Apakah secara hukum prosesnya bisa dipertanggungjawabkan dan harganya tepat? Jangan sampai kita akuisisi, bukannya kita memproduksi murah, malah mahal jatuhnya," imbuh Rini.

Sementara itu menanggapi pernyataan dari Tim Anti-mafia Migas yang menyebutkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendukung akuisisi TPPI jika merupakan hal baik bagi negara, Rini tetap melihat soal harganya.

"Baik untuk negara kan tetap tergantung harganya dong. KPK tidak mendetilkan harganya berapa kan? Betul kalau dilihat dari kemampuannya, TPPI betul kita ambil saja. Tetapi kita harus jaga berapa harganya kita ambil TPPI," pungkas Rini.

Sebelumnya, anggota Tim Anti-mafia Migas Agung Wicaksono mengatakan, pada awal Februari 2015 KPK telah mengeluarkan surat yang intinya mengatakan, jika akuisisi TPPI merupakan langkah terbaik untuk negara, maka pemerintah jangan menggunakan alasan bahwa KPK tidak setuju.

"Kalau (TPPI) ini tidak dimanfaatkan dengan alasan aduh ada pemilik lama yang masih mungkin dapat manfaat, atau negara akan keluar banyak, saya rasa jadinya negara enggak bijak," ucap Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com