Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan: Tidak Selamanya Harga Naik Tinggi karena Suplai Kurang

Kompas.com - 24/08/2015, 11:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, harga komoditas tinggi bukan semata-mata karena pasokan kurang, melainkan terutama karena penyebaran komoditas yang kurang merata.

"Tidak selamanya harga naik menjulang tinggi karena suplai kurang," katanya usai mengunjungi bazar produk pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Ia menyebutkan, selama ini sejumlah harga komoditas naik seperti bawang merah dan cabai, dapat diatasi tanpa harus mengimpor.  "Cabai, bawang, itu pasokannya ada, tapi tidak tersebar. Apa benar kita impor? Tidak. Harga beras naik di Februari 30 persen tapi kita tidak impor. Orang yang tidak paham begitu harga naik di kepala ialah pasokan kurang," ujarnya.

Harga cabai yang berada di kisaran Rp 60.000 per kilogram atau lebih yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia seperti Jawa Timur maupun harga bawang merah yang sempat naik di kisaran Rp 30.000 pada Maret 2015, juga dapat distabilkan tanpa harus mengimpor.

"Kita baru bekerja beberapa bulan, harga naik. Bawang merah, tapi berhasil tanpa impor," tuturnya.

Menurut dia, pengamat maupun masyarakat diharapkan dapat melihat persoalan kenaikan harga secara menyeluruh bukan langsung menyimpulkan kenaikan harga karena pasokan yang kurang.

Untuk itu, ia mengatakan, dalam mendorong penyebaran komoditas dan ketersediaan pasokan maka toko tani murah menjadi solusi ke depan.

"Kita buat solusi permanen, setiap titik pasar strategis kita buat pasar tani," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono mengatakan, produk pertanian selama ini dikuasai pedagang sehingga margin harga kerap ditentukan pedagang.

"Ini kan kejadiannya kan dari tahun ke tahun. Jadi, saya bilang saya langsung turun ke semua lokasi tempat usaha tani itu, produk hasil itu sudah dikuasai pedagang," ucapnya.

Dengan demikian, lanjutnya, pemerintah seharusnya sejak awal mendorong jangan sampai harga terus-menerus diatur oleh pedagang.

"Kalau beginikan kalau (harga diatur) pedagang kan mau-maunya pedagang. Petani mengeluh terus, pak saya jual cabai Rp 17.000 per kilogram kok bapak (pedagang) di sana bisa Rp 40.000 per kilogram, bisa Rp 55.000 per kilogram, Rp 56.000 per kilogram, saya (petani) jualnya hanya Rp 20.000 per kilogram, artinya menikmati untung itu pedagang," ungkapnya.

Ia mengatakan, selama ini pedagang mengambil keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan petani. "Delta margin antara petani dengan delta margin pedagang itu lebih tinggi, lebih besar di pedagang. Ini yang harus kita benahi ke depan," katanya.

Untuk itu, ia mengatakan, toko tani murah dapat diwujudkan sebagai solusi untuk menstabilkan harga, yang mana menjadi media untuk mendorong transaksi normal dan rantai distribusi yang tidak terlalu panjang sehingga harga itu tidak berbeda jauh antara petani dan pedagang.

"Toko tani murah diharapkan di semua provinsi, ada di daerah-daerah, pasar-pasar sentra menjadi perhatian," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Akhir Pekan, IHSG Dibuka 'Tancap Gas', Rupiah Melemah

Jelang Akhir Pekan, IHSG Dibuka "Tancap Gas", Rupiah Melemah

Whats New
Rupiah Tinggalkan Rp 16.000 per Dollar AS

Rupiah Tinggalkan Rp 16.000 per Dollar AS

Whats New
Pertamina Hulu Rokan Produksi Migas 167.270 Barrel per Hari Sepanjang 2023

Pertamina Hulu Rokan Produksi Migas 167.270 Barrel per Hari Sepanjang 2023

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 17 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 17 Mei 2024

Spend Smart
3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com