Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BCA Rem Kredit ke Sektor Pertambangan dan Perhotelan

Kompas.com - 03/03/2016, 21:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tahun ini akan mengurangi penyaluran kredit korporasi untuk beberapa sektor yang dinilai stagnan dan cenderung lesu, seperti pertambangan dan perhotelan.

"Untuk beberapa sektor bisnis, kita akan tahan diri, seperti pertambangan, shipments untuk barang-barang tambang, bisnis tongkang, dan hotel yang menurut kita sudah over capacity," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, di Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Selama 2015, kinerja penyaluran kredit korporasi tumbuh paling tinggi, mencapai 17,2 persen.

BCA/M Fajar Marta Perkembangan Kredit BCA

Posisi kredit korporasi per 31 Desember 2015 mencapai Rp 141,3 triliun. Pada tahun sebelumnya, kredit korporasi sebesar Rp 120,5 triliun dan pada 2013 hanya Rp 103 triliun.

Jahja menjelaskan, ada dua faktor pendorong pertumbuhan kredit korporasi di tahun 2015.

Pertama adalah kebijakan penilaian kembali aktiva tetap atau revaluasi aset di penghujung Desember 2015.

Akibatnya, banyak perusahaan harus membayar pajak untuk tambahan aset. "Nah itu semua membutuhkan pinjaman," ucap Jahja.

Kedua, Jahja mengatakan saat ini banyak perusahaan yang mulai tidak nyaman meminjam dalam bentuk mata uang dollar AS dari bank luar negeri.

"Mereka membayar lunas dollarnya di luar negeri, lalu sebagai gantinya mereka pinjam dari BCA. Itu yang menyebabkan kredit korporasi meningkat," ujar Jahja.

Pertumbuhan kredit korporasi yang signifikan turut mendorong perolehan laba BCA.
(Baca : BCA Bukukan Laba Rp 18 Triliun, Tumbuh 9,3 Persen)

Lima Sektor Teratas

Direktur BCA Dhalia M Ariotedjo merinci lebih lanjut lima sektor yang meminjam paling tinggi dari BCA untuk kredit korporasi.

Pertama adalah sektor telekomunikasi dengan pertumbuhan kredit sebesar Rp 3,8 triliun.

Kedua, sektor pariwisata termasuk di dalamnya perhotelan dengan pertumbuhan kredit Rp 2,3 triliun.

Ketiga, bahan kimia dan plastik termasuk pabrik pupuk dengan pertumbuhan kredit sebesar Rp 2,3 triliun.

Keempat, rokok dan tembakau dengan pertumbuhan kredit Rp 2,1 triliun.

Terakhir, otomotif dan alat transportasi dengan pertumbuhan kredit Rp 1,6 triliun.

"Eksposur kredit korporasi dalam mata uang rupiah sebesar 88 persen," kata Dhalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com