Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Diminta Tidak Hanya Fokus Tanam Padi, Jagung, Kedelai

Kompas.com - 05/09/2016, 18:31 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan Kementerian Pertanian seharusnya tidak hanya fokus pada produksi komoditas tertentu.

Menurutnya, ada banyak faktor yang harus diperhatikan guna terus meningkatkan kinerja sektor pertanian diantaranya penyediaan bahan pangan, kontribusi terhadap produk domestik bruto hingga penjaga tingkat inflasi adalah tanggung jawab sektor agrikultural.

"Sejauh ini dari produksi bagus, tetapi kalau dari segi ekstensifikasi, itu masih kurang dan seharusnya menjadi sorotan," ujar Wakil Komisi IV DPR RI Herman Khaeron, di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (5/9/2016).

Herman menambahkan, ada lahan hutan tanaman industri milik kementerian kehutanan yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

"Setidaknya ada 30 juta hektar (ha). Ada peluang untuk ditanami. Jangan melulu cetak sawah atau perluasan lahan, sementara yang ada tinggal pakai tidak dimanfaatkan," tegasnya.

Dia meminta, Kementan untuk lebih komprehensif dalam menerapkan kebijakan perluasan lahan. Pasalnya, lanjut Herman, banyak upaya perluasan yang akhirnya tidak dapat digunakan dengan maksimal.

“Itu terjadi karena dalam prosesnya dilakukan dengan sporadis, tidak menggunakan detail desain dan kajian fungsi kawasan yang mendalam. Saya yakin kalau diaudit secara sungguh-sungguh pasti akan ada banyak masalah yang terkuak,” papar Herman.

Herman juga menanyakan kebijakan Kementan terlalu fokus pada padi, jagung dan kedelai (pajale) hingga mengorbankan sektor komoditas lain demi mengedepankan program pajale. “Apakah pertanian hanya pajale saja?" tanya Herman.

“Ada proyeksi baru terhadap produksi jagung sehingga mengurangi anggaran komoditas lain. Kalau hanya itu yang diprioritaskan, nanti di masa mendatang tanaman hortikultura tidak ada, ayam tidak ada, komoditas lain tidak ada” pungkas Herman.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementan Hari Priyono mengatakan, pihaknya tengah fokus pada komoditas utama seperti pajale karena merupakan bahan pangan yang memiliki pengaruh besar terhadap inflasi.

“Saat ini kan fokusnya stabilisasi pangan, maka yang berkaitan dengan itu, yang bisa menimbulkan inflasi tinggi, kita prioritaskan,” ungkap Hari.

Sementara terkait lahan kehutanan yang diminta Komisi IV untuk dimaksimalkan, Hari menyebutkan Kementan sudah melakukan hal tersebut.

“Kami sudah optimalkan lahan-lahan milik Perum Perhutani yang ada di daerah perhutanan. Kami kembangkan untuk pengembangan jagung. Jika Komisi IV mengusulkan penanaman di daerah lainnya yang juga memiliki potensi, jelas kami sangat mendukung hal itu,” tandasnya.

Kompas TV Mendag dan Menpan Blusukan ke Pasar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com