Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Moneter BI Sudah Baik, tetapi Belum Efektif

Kompas.com - 20/12/2016, 17:13 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sepanjang tahun 2016, Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan baik BI Rate maupun BI 7-day Repo Rate sebanyak enam kali atau 150 basis poin.

Penurunan suku bunga acuan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui transmisi suku bunga kredit dan deposito.

Namun demikian, kebijakan moneter yang telah dilakukan BI sepanjang tahun ini dinilai belum efektif. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai, tantangan BI saat ini adalah masih lemahnya transmisi kebijakan moneter dalam mengendalikan suku bunga perbankan.

“Penurunan suku bunga beberapa kali dan pergantian BI Rate sebagai kerangka operasi moneter menjadi BI 7-day Repo Rate masih juga belum efektif dalam mempengaruhi suku bunga kredit perbankan,” kata Direktur CORE Indonesia Muhammad Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (20/12/2016).

Selain menurunkan suku bunga acuan, bank sentral juga menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah untuk melonggarkan likuiditas perbankan.

Meningkatnya likuiditas ditandai dengan naiknya likuiditas sekunder hingga 18 persen. Namun, pertumbuhan kredit yang hanya single digit mendorong perbankan memarkir kelebihan likuiditas mereka pada aset-aset finansial, terutama obligasi.

Menurut Faisal, tantangan BI lainnya adalah bagaimana mengelola aliran likuidutas eksternal yang saat ini cukup dominan dalam struktur kepemilikan saham dan obligasi pemerintah.

Sepanjang tahun 2016, penguatan rupiah lebih banyak didorong peningkatan aliran investasi portofolio.

“Sementara sejak kuartal IV 2011, transaksi berjalan berada dalam zona negatif terutama akibat berakhirnya booming harga komoditas. Hal ini menjadi indikasi lemahnya fundamental ekonomi domestik, terutama pada industri manufaktur dan sektor jasa,” jelas Faisal.

Ia menyatakan, kebijakan terobosan dari BI untuk mengatur dana-dana tersebut menjadi sangat penting supaya tidak berdampak negatif pada stabilitas rupiah.

Pasalnya, stabilitas rupiah saat ini masih sangat berpengaruh pada daya saing industri domestik.

Eksposur industri domestik terhadap pinjaman luar negeri masih cukup tinggi, meskipun pada tahun ini utang jangka pendek tumbuh negatif. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik.

“Di saat yang sama, sektor industri juga masih sangat bergantung pada bahan baku impor yang sangat sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar,” tutur Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com