Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Bangun Sistem Produksi Pangan Nasional

Kompas.com - 28/03/2014, 16:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah harus membangun sistem produksi pangan nasional, agar bebas dari jerat impor. Demikian disampaikan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor, Herry Suhardiyanto, dalam pembukaan Agrinex Expo 8, di Jakarta, Jumat (28/3/2014).

"Kalau ada impor ini IPB sering disalahkan. Ini logika yang menyesatkan," sesalnya.

Tak bisa dimungkiri, ujar Herry, pertumbuhan dan pertambahan jumlah penduduk menjadi tantangan pemerintah dalam mencukupi ketersediaan pangan. Dengan pertumbuhan penduduk 1,43 persen per tahun, diprediksi penduduk Indonesia bakal bertambah menjadi 400 juta jiwa pada 2050.

Di tengah alih fungsi lahan yang masif, impor menjadi satu-satunya jalan mencukupi kebutuhan pangan nasional. Di samping, karena Indonesia tidak mungkin menutup perdagangan dengan negara lain lantaran sudah masuk dalam era perdagangan dunia.

"Tapi kita sepakat, ketergantungan impor juga jadi persoalan. Impor tidak menguntungkan petani, tidak menguntungkan nelayan, tidak menguntungkan peternak," sebut Herry.

Atas dasar itu, harus dibangun sistem produksi pangan nasional. Banyak tenaga kerja yang bisa diberdayakan untuk membangun pertanian. "Lahan pertanian juga tersebar di seluruh wilayah," sambungnya.

Tak hanya soal lahan dan tenaga kerja, sistem produksi pangan nasional pun membutuhkan dukungan riset dan pengembangan. Dengan riset dan pengembangan, produktivitas pertanian dan efisiensinya dapat ditingkatkan.

Herry menuturkan, sebetulnya, dalam kurun waktu 6 tahun terakhir telah tercipta sebanyak 516 inovasi prospektif di bidang pertanian. Sebanyak 234 diantaranya adalah karya IPB.

"Namun, ini belum dirasakan masyarakat karena setelah R and D perlu tahapan lanjutan, customisasi dan komersialisasi. Perlu institusi yang konsisten memberikan support pada hal semacam ini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com