Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras Orang Miskin Sarat Penyelewengan

Kompas.com - 05/04/2014, 08:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kajian Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap penyaluran beras untuk orang miskin untuk masyarakat berpenghasilan rendah menemukan banyak penyelewengan. KPK pun meminta pemerintah agar mendesain ulang program subsidi yang telah berjalan 15 tahun ini.

KPK, Kamis (3/4/2014), memaparkan hasil kajian soal penyaluran beras untuk orang miskin (raskin) ini di hadapan perwakilan pemerintah. Mereka antara lain Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Ketua Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Mardiasmo, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, dan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial Hartono Laras.

Menurut Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, kajian terhadap penyaluran raskin merupakan bagian dari kewenangan KPK mencegah korupsi. ”Untuk menemukan persoalan di hilir dan hulu sekaligus. Yang terpenting agar program ini terhindar dari unsur tata kelola yang ada tindak pidana korupsinya,” katanya.

Ia mengakui, dari kajian KPK, ditemukan banyak penyelewengan dalam penyaluran raskin. Dalam praktiknya, penyaluran raskin ternyata tidak tepat dalam hal sasaran, jumlah, mutu, waktu, harga, dan administrasi. Persoalan data penerima menjadi masalah klasik. Dalam penghimpunan data rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) yang diperoleh BPS, ternyata pemerintah daerah kurang dilibatkan sehingga terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi nyata.

”Beras raskin ini bocor kepada pihak-pihak lainnya dan ke pasar umum. Bahkan, ada indikasi jaringan semacam kartel dalam penyaluran beras raskin,” kata Busyro, merujuk penyaluran raskin di tingkat penerima yang disalahgunakan sehingga dijual kepada pengepul, tetapi pada akhirnya kembali dijual kepada RTS- PM.

Sesuai ketentuan, RTS-PM menerima 15 kilogram (kg) per bulan. Namun, praktiknya, pendistribusian raskin kerap tidak tepat jumlahnya. KPK menemukan, di sejumlah daerah, RTS-PM menerima kurang dari 15 kg per bulan dengan sejumlah alasan, seperti jumlah penerima melebihi dari daftar seharusnya.

Untuk mengantisipasi dampak sosial, mekanisme pembagian rata kepada seluruh RTS- PM dan warga miskin non-RTS- PM dengan mengurangi kuota yang seharusnya. ”Ada pejabat di Jatim yang menerapkan bagito, bagi roto, sehingga RTS-PM menerima 5 kg sampai 10 kg. Malah ada arisan selama tiga bulan sekali,” kata Busyro.

Dengan sejumlah penyelewengan itu, KPK, menurut Busyro, merekomendasikan agar kebijakan penyaluran raskin didesain ulang jika pemerintah ingin tetap meneruskan. Pemerintah juga diminta memperbaiki kebijakan dan mekanisme perhitungan subsidi agar transparan dan akuntabel. ”Setiap tahun daftar RTS-PM diklaim pemerintah turun, tetapi anggaran subsidinya meningkat,” katanya.

Menurut Deputi Perlindungan Sosial Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Chazali Husni Situmorang, ada 15 kementerian yang terlibat dalam penyaluran raskin ini. Ia mengatakan, ada 10 lokasi rawan yang harus dicermati. ”Dari 10 titik itu ada beberapa yang sudah kami ditemukan untuk dilakukan perbaikan,” katanya. (BIL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com