Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pesta Besar" Lewat, Juli Diprediksi Inflasi Bulanan Tertinggi Tahun Ini

Kompas.com - 03/08/2015, 14:01 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi Juli merupakan angka puncak inflasi bulanan tertinggi di tahun 2015. Dugaan itu didasari atas data inflasi bulanan pasca Lebaran setiap tahunnya.

"Peluang inflasi (tinggi setelah Juli 2015) kecil ya karena 'pesta besar' Lebaran itu sudah lewat. Saya kira begitu," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Senin (3/8/2015).

Dia menjelaskan, setiap ramadhan dan menjelang Lebaran, daya beli masyarakat relatif lebih tinggi dari hari-hari biasa. Pasca Lebaran, daya beli tersebut secara bertahap akan turun sehingga inflasi tak akan lebih tinggi.

Sementara, Kepala BPS Suryamin mengatakan apabila ternyata tingkat inflasi pasca Lebaran tinggi, maka itu disebabkan adanya kebijakan yang mampu mendongkrak inflasi misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Inflasi Agustus kita belum tahu tapi catatannya karena lebaran dan mudik itu sudah lewat, paling tahun ajaran baru. Tapi tahun ajaran baru Sekolah Dasar (SD) sudah di-cover disini (inflasi Juli). Nanti (inflasi) Agustus tahun ajaran baru sekolah menengah dan perguruan tinggi. Tapi itu kecil (sumbangsih terhadap inflasi)," kata Suryamin.

"Kalau itu (kenaikan BBM) lain lagi. Kalau itu tanya pemerintah. Nanti baru kita yang hitung inflasinya berapa baru boleh. Sepanjang tidak ada kenaikan BBM dan yang lain normal maka ini (inflasi Juli 2015) dugaan kami inflasi yang tertinggi," tambah dia.

Sebelumnya, BPS melaporkan inflasi bulan Juli 2015, sebesar 0,93 persen. Inflasi tahun kalender tercatat 1,90 persen, dan inflasi tahun ke tahun sebesar 7,26 persen.

Kepala BPS Suryamin menyebut, inflasi komponen inti sebesar 0,34 persen, sedangkan inflasi komponen inti tahun ke tahun sebesar 4,86 persen. Pada bulan Juli, kota Pangkal Pinang mengalami inflasi paling tinggi sebesar 3,18 persen, sementara Merauke mengalami deflasi paling tinggi di angka minus 0,65 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com