" Sebanyak 75,77 persen responden memanfaatkan KPR sebagai fasilitas pembiayaan dalam pembelian properti residensial, khususnya pada rumah tipe kecil," tulis BI dalam keterangan resmi, Kamis (11/2/2016).
Hasil survei juga mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial pada kuartal IV-2015 yang tumbuh sebesar 0,73 persen dibanding kuartal sebelumnya (qtq) atau 4,62 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy).
Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III 2015 yang tercatat sebesar 0,99 persen (qtq) atau 5,46 persen (yoy).
"Perlambatan pertumbuhan harga rumah terutama terjadi pada rumah tipe besar (0,38 persen, qtq). Melambatnya kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada kuartal I-2016," tulis bank sentral.
Perlambatan kinerja properti juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial yaitu 6,02 persen (qtq), lebih rendah dibandingkan 7,66 persen (qtq) pada kuartal III 2015 dan 40,07 persen (qtq) pada periode yang sama tahun lalu.
Secara triwulanan, perlambatan penjualan tersebut terjadi pada semua tipe rumah terutama rumah tipe besar. Perkembangan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang. Sebagian besar pengembang (61,52 persen) menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya.