Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

S&P Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Persen, Pemerintah Lebih Optimistis

Kompas.com - 02/06/2016, 10:30 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 ini hanya mampu mencapai 5 persen. Sedangkan, sepanjang 2016-2019 rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahunnya diperkirakan sebesar 5,5 persen.

Menanggapi proyeksi dari S&P itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih baik dari 5 persen.

"Situasi ekonomi kita lumayan baik. Kita masih melihat pertumbuhan ekonomi masih bisa di atas 5 persen tahun ini," tutur Darmin ditemui di kantornya Rabu malam (1/6/2016).

S&P juga mengestimasikan, defisit fiskal tahun ini melebar ke angka 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih besar dari defisit 2015 silam yang berada di level 2,5 persen dari PDB.

Sementara itu sepanjang 2016-2019, defisit fiskal rata-rata per tahun diperkirakan sebesar 3 persen dari PDB. Darmin menyatakan, proyeksi dari S&P tersebut kemungkinan dikarenakan kekhawatiran S&P akan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.

"Memang barangkali, (S&P memproyeksikan demikian) mungkin soal APBN-nya yang mereka anggap ada risiko," kata dia.

Meski begitu, mantan Gubernur Bank Indonesia itu yakin belum diberikannya rating investment grade dari S&P tidak akan banyak mempengaruhi minat investasi.

"Kita mengurusi ekonomi kita. Ya, ini ekonomi bukan hanya karena itu (penilaian). Kita tentu bersyukur kalau rating meningkat. Tapi kalau tidak, ya itu penilaian dia (S&P)," ujar Darmin.

Tax Amnesty

Dihubungi terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Bobby Hamzar Rafinus mengatakan, memang terlihat tekanan fiskal tahun ini cukup berat.

S&P menyoroti langkah pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu, proyeksi pendapatan per kapita 3.600 dollar AS juga jelas dikarenakan tekanan pada nilai tukar yang berkisar antara 13.500 - 13.600 per dollar AS.

"Mudah-mudahan kalau tantangan fiskal bisa teratasi, tahun depan semoga ada kenaikan peringkat," kata Bobby.

"Mudah-mudahan langkah kita seperti realisasi belanja pemerintah yang lebih cepat, menahan defisit di kisaran 2,5 persen dari PDB lewat pemangkasan belanja, dan peningkatan penerimaan pajak lewat tax amnesty, bisa dilihat," imbuh Bobby.

Kompas TV Ekonomi Indonesia "Diwarnai" Tantangan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com