Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: XL dan Indosat Paling Untung jika Beleid Interkoneksi Meluncur, Telkom Rugi

Kompas.com - 16/08/2016, 23:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

KOMPAS.com — Dua emiten telekomunikasi, PT XLAxiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT), akan jadi perusahaan telekomunikasi paling diuntungkan jika tarif baru interkoneksi diberlakukan per 1 September 2016. Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akan jadi emiten BUMN telekomunikasi yang paling dirugikan.

Dalam riset saham yang ditulis Leonardo Henry Gavaza, CFA, analis saham dari PT Bahana Securities, dia memastikan bahwa dua beleid baru tersebut akan menguntungkan dua emiten telekomunikasi, yaitu Indosat dan XL.

"Dengan dua aturan baru tersebut, Indosat dan XL bisa monetisasi jaringan serta menghemat biaya interkoneksi yang selama ini mereka keluarkan," kata dia, Selasa (16/8/2016).

Dari laporan keuangan 2015 tercatat Indosat membukukan pendapatan interkoneksi sebesar Rp 1,9 triliun. Namun, beban interkoneksi yang dikeluarkan Indosat mencapai Rp 2,3 triliun atau tekor lebih dari Rp 400 miliar.

Sementara itu, XL mencatat pendapatan interkoneksi Rp 2,391 triliun. Sementara bebannya Rp Rp 2,320 triliun atau untung Rp 70 miliar.

Pada pergerakan saham Selasa, saham ISAT ditutup tetap di level 6.600 per saham. Jika disetahunkan, maka saham ISAT sudah naik 57,14 persen, berdasarkan data Bloomberg. Sementara saham EXCL ditutup naik 1,68 persen di level 3.640 pada perdagangan Selasa. Jika disetahunkan, saham EXCL sudah naik 41,93 persen.

Bagaimana dengan Telkom? Anggota DPR Komisi XI dari Fraksi PKS, H Refrizal, menilai potensi kerugian Telkom jika tarif interkoneksi baru diberlakukan pada September 2016 akan mencapai Rp 50 triliun. Dia sudah melapor ke Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai adanya estimasi penurunan pendapatan dari BUMN telekomunikasi jika kebijakan ini dipaksakan.

Padahal, pemerintah sedang berjuang untuk menambah pendapatan negara untuk memenuhi target APBN 2017, di mana target pendapatan negara mencapai Rp 1.737,6 triliun.

Seperti diketahui, Komisi XI DPR memiliki lingkup kerja di bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan bukan bank.

"Jika pendapatan Telkom turun maka pendapatan negara dari pajak dan dividen Telkom juga turun, dan tentu ini akan mengganggu APBN 2017 mendatang," papar Refrizal.

Pada perdagangan Selasa, saham TLKM ditutup naik 1,22 persen ke level 4.140. Saham TLKM jika disetahunkan naik 47,95 persen dengan yield dividen 2,29 persen.

Sebelumnya, Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza memastikan pemerintah bersikukuh untuk menerapkan biaya interkoneksi yang baru pada awal September. Noor Iza memastikan keberatan dan pertimbangan operator tak akan menjadi halangan dan pertimbangan untuk diberlakukannya biaya interkoneksi yang baru.

“Karena interkoneksi adalah domainnya pemerintah, maka hak pemerintahlah untuk menetapkan biaya interkoneksi sebesar Rp 204, atau turun 26 persen, pada awal September nanti,” tegas dia.

 

Kompas TV Biaya Interkoneksi Telekomunikasi Turun 26%
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com