Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Akhir RDG BI, BI "7-Day Repo Rate" Diprediksi Bertahan

Kompas.com - 19/01/2017, 11:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada Rabu (18/1/2017) dan Kamis (19/1/2017).

Selain melakukan asesmen terhadap kondisi perekonomian terkini, bank sentral juga akan menetapkan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate.

Saat ini, BI 7-day Repo Rate masih berada pada level 4,75 persen. Diprediksi, dalam konferensi persnya sore ini, bank sentral akan menahan suku bunga acuan pada posisi tersebut.

"Hasil RDG BI diperkirakan mempertahankan BI (7-day) Repo Rate," kata analis Riset Samuel Sekuritas Rangga Cipta dalam laporan mingguannya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Mandiri Institute Moekti P Soejachmoen pun menyatakan hal senada dengan Rangga.

Menurut dia, bank sentral bakal tetap mempertahankan BI 7-day Repo Rate pada posisinya saat ini, yakni 4,75 persen. Bahkan, bank sentral pun diprediksi bakal mempertahankan suku bunga acuan sepanjang tahun 2017 ini.

Hal tersebut sejalan dengan capaian inflasi yang sesuai dengan target bank sentral, yakni 3 hingga 5 persen.

"Tampaknya tidak (mengubah BI 7-day Repo Rate), soalnya sekarang ini inflasi sudah rendah. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk BI menurunkan lagi, setidaknya untuk satu tahun ke depan," ungkap Moekti.

Bank sentral tetap mempertahankan BI 7-day Repo Rate di level 4,75 persen pada Desember 2016 lalu.

BI mengaku mewaspadai sejumlah risiko yang bersumber dari ketidakpastian ekonomi dan keuangan global serta pengaruh kenaikan administered prices terhadap inflasi.

Faktor Suku Bunga AS

Namun demikian, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Laporan Indikator Likuiditas Januari 2017 lebih melihat pada faktor suku bunga di Amerika Serikat (AS).

LPS menyatakan bahwa ekspektasi berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan AS serta ketidakpastian kebijakan ekonomi pemerintah baru AS adalah risiko utama yang dapat menimbulkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara faktor dari dalam negeri, yakni kebijakan penajaman subsidi listrik dan LPG serta kenaikan cukai rokok dan biaya perpanjangan STNK.  Faktor-faktir tersebut dapat menambah tekanan inflasi pada semester I 2017.

"Faktor-faktor ini membatasi potensi penurunan policy rate lebih lanjut dan bahkan menjadi upside risk bagi perkembangan suku bunga ke depan," tulis LPS dalam laporannya.

(Baca: "BI 7 Day Repo Rate" Diberlakukan Hari Ini, Apa Dampaknya?)

Kompas TV BI Ubah Bunga Acuan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com