Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Masih Bayangi Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia

Kompas.com - 25/05/2017, 09:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan laporan hasil kajian stabilitas sistem keuangan Bank Indonesia (BI) tahun 2016 menunjukan stabilitas sistem keuangan Indonesia tahun 2016 masuk dalam kategori normal.

Kendati demikian, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Dwitya Putra Soeyasa Besar mengungkapjan, stabilitas sistem keuangan masih menyimpan sejumlah risiko.

Menurutnya, risiko pertama adalah dari sisi pertumbuhan kredit yang mash perlu didorong karena masih ada risiko pelemahan.

"Kredit masih dalam kondisi yang perlu didorong, dan masih ada risiko pelemahan," ujarnya saat Bincang-Bincang Media di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5/2017).

Sementara pertumbuhan kredit sampai saat ini baru mencapai 9,5 persen. Kedua, menurutnya adalah keterbatasan ruang fiskal.

Menurut Dwitya, Indonesia memerlukan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Postur APBN menunjukan terdapat keterbatasan ruang fiskal meski sudah ada tambahan dana tebusan Tax Amnesty penghimpunan pajak itu relatif terbatas," paparnya.

Kemudian, risiko ketiga adalah utang luar negeri (ULN) korporasi yang masih tinggi yang menimbulkan risiko krisis saat terjadi pelemahan rupiah.

"ULN korporasi masih tinggi. Perlu dipantau. Kondisi korporasi yang dalam tren membaik harus tetap dijaga," kata Diwtya.

Terakhir, tingginya tingkat kepemilikan investor asing di pasar keuangan domestik yang cukup tinggi.

"Maka perlu dimonitor perkembangannya," tuturnya.

Sementara itu, menurutnya, kedepan Bank Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi potensi resiko yang akan muncul dalam sistem keuangan. "

Arah kebijakan kedepan, ada lima strategi, pertama, memperkuat dan memperluas surveilence (pengawasan) makropruden untuk identifikasi dini sumber tekanan," kata Dwitya.

Kedua, melakukan identifikasi dan pemantauan risiko sistemik dengan menggunakan neraca keuangan untuk risiko sistemik atau balance sheet of sistemic risk.

Selanjutnya, penguatan manajemen krisis melalui penyelarasan indikator sistem keuangan dan hasil surveilence sistem keuangan dengan program yang bersifat nasional.

"Keempat, mendukung upaya pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat sistem keuangan terhadap guncangan," kata dia. 

Kelima,  memperluas komunikasi dan koordinasi dengan Komite Kebijakan Sistem Keuangan (KSSK) dan konsultasi terus dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk bauran kebijakan.

(Baca: Kuartal I 2017, Sistem Keuangan Indonesia Stabil)

Kompas TV OJK: Perbankan Harus Ketatkan Sistem Keamanan Internet
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com