Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Asing di SUN Cetak Rekor

Kompas.com - 09/05/2014, 10:12 WIB


JAKARTA,, KOMPAS.com -
Investor asing memandang prospek perekonomian Indonesia ke depan masih cukup baik. Hal itu tercermin dari minat asing pada surat utang negara (SUN) yang sangat tinggi. Bahkan, porsi kepemilikan asing di SUN pada awal bulan ini mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan menunjukkan, porsi dana asing di SUN, per 5 Mei 2014 mencapai Rp 379,95 triliun atau setara 34,61 persen dari total SUN yang dapat diperdagangkan. Jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu, nominal kepemilikan asing di SUN telah naik 17,33 persen.

Pada periode yang sama, total nominal SUN yang dapat diperdagangkan hanya meningkat 10,3 persen menjadi Rp 1.097,78 triliun. Direktur Surat Utang Negara DJPU, Loto Srinaita Ginting mengatakan, porsi dana asing tersebut merupakan tertinggi sepanjang sejarah. “Dari sisi nominalnya memang yang tertinggi,” ujarnya kepada KONTAN, kemarin (8/5/2014).

Loto mengatakan, paling tidak ada dua faktor yang menyebabkan investor asing membanjiri pasar obligasi negara. Pertama, imbal hasil alias yield yang SUN relatif tinggi ketimbang surat utang serupa di negara lain. "Kedua, asing memandang prospek ekonomi Indonesia ke depan juga masih baik,” ungkap Loto.

Sementara, pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih mengatakan, tren kenaikan porsi dana asing di SUN, lebih karena imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan negara lain. Obligasi negara Amerika Serikat AS tenor 10 tahun, misalnya, imbal hasilnya cuma sekitar 2 persen. Sedangkan di Indonesia sekitar 8 persen. "Tentu ini sangat menarik bagi investor asing,” ujar Lana.

Bakal lama

Menurut Lana, surat utang Pemerintah Indonesia banyak dikoleksi oleh bank sentral negara lain, seperti Malaysia dan Singapura. Investor seperti ini cenderung mengoleksi SUN untuk jangka panjang. Lana memperkirakan, tren tingginya porsi dana asing di SUN tersebut bakal berlangsung lama.

Porsinya bisa menembus 35 persen dari total SUN yang diperdagangkan. Investor asing berpikir dengan fundamental ekonomi Indonesia yang membaik, berarti ada kecenderungan suku bunga acuan BI rate diturunkan. Alhasil, yield SBN bisa turun dan harganya jadi naik. "Mereka beli dari sekarang dengan harapan ada capital gain saat BI rate diturunkan,” imbuh Lana.

Selanjutnya, investor asing bakal memantau laju inflasi Indonesia. Hasil pemilihan presiden (pilpres) nanti juga akan menjadi faktor penentu minat asing terhadap surat utang pemerintah. (Noor Muhammad Falih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com