JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio optimistis program amnesti pajak bisa meningkatkan transaksi di bursa dari rata-rata saat ini Rp 6 triliun - Rp 7 triliun per hari, menjadi Rp 15 triliun per hari.
Tito mengatakan, saat ini dengan transaksi mencapai Rp 7 triliun per hari, maka velocity atau transaksi dibanding market cap baru sebesar 21 persen.
Tito menuturkan, angka ini kecil dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 40 persen, Thailand 70 persen, dan bahkan China yang menyentuh 400 persen.
"Tapi kalau kami mencapai 60 persen dengan barang yang sama, sebenarnya bursa bisa transaksi sampai Rp 15 triliun per hari," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR-RI, Rabu (20/7/2016).
Artinya, sambung Tito, dengan 24 hari kerja selama sebulan, maka ada potensi tambahan antara Rp 150 triliun - Rp 200 triliun.
Dalam kesempatan itu, Tito juga menyampaikan, dampak diundangkannya Pengampunan Pajak sudah langsung terasa di pasar.
"Pekan lalu bursa mencapai rekor tertinggi dalam hal frekuensi, mengalahkan semua negara ASEAN," kata Tito. Terjadi kenaikan transaksi menjadi rata-rata 377.000 per hari.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata transaksi di bursa Filipina yang hanya 56.000 per hari, Singapura 74.000 per hari, dan Malaysia 153.000 per hari.
"Hari ini (Rabu) bursa memecahkan rekor untuk kapitalisasi pasar mencapai Rp 5.670 triliun. Menariknya, bursa kita langsung mengalahkan Malaysia, Thailand, dan Filipina. Jadi sudah terasa (dampak amnesti pajak)," terang Tito.
Lebih lanjut dia bilang, BEI terus juga melakukan sosialisasi program amnesti pajak. Tito bilang, banyak pertanyaan muncul pada saat sosialisasi.
Namun tiga pertanyaan yang paling sering ditemukan yaitu alasan lock-up tiga tahun, risiko jika mengikuti program amnesti pajak, dan konsekuensi apabila tidak mengikuti program amnesti pajak.