Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPJS Ketenagakerjaan: Bonus Demografi Bisa Jadi Masalah

Kompas.com - 31/01/2017, 19:37 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyatakan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah bonus demografi Indonesia. Jika kondisi ini tidak terkelola dengan baik, maka akan menjadi beban bagi lembaga jaminan sosial.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto menuturkan, bonus demografi dengan mayoritas usia muda memang baik bagi pengembangan ekonomi. Akan tetapi, hal ini juga menjadi ancaman di masa mendatang karena dikhawatirkan akan semakin sedikit orang yang membayar iuran.

"Pertama, tantangan peningkatan tenaga kerja, tapi juga merupakan ancaman terhadap penyelenggaran jaminan sosial. Pada 2040 nanti, orang yang pensiun akan lebih banyak dan orang yang membayar iuran lebih sedikit. Ini yang bahaya," kata Agus di Jakarta, Selasa (31/1/2017).

Agus menyatakan, struktur tenaga kerja yang ada di Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan sekolah dasar. Saat ini, ada sekira 43 juta tenaga kerja di Indonesia yang lulusan SD dari total seluruh tenaga kerja yang ada.

"Tenaga kerja kita yang 120 juta itu mayoritas lulusan SD ke bawah, ada 43 juta. Lulus SMP 18 juta, lulus SMA 16 juta, dan sarjana 6 juta," sebut Agus. Oleh sebab itu, Agus mengharapkan berbagai pihak bisa berkontribusi untuk membantu tenaga kerja golongan ke bawah agar memiliki keahlian. Ia memberi contoh, sektor perbankan dapat mengalokasikan kredit bagi kelompok tenaga kerja tersebut.

Tantangan lainnya adalah semakin banyaknya masyarakat yang berpindah dari pedesaan ke perkotaan. Dengan semakin gencarnya pembangunan infrastruktur, maka kondisi ini akan mengubah komposisi kelompok pekerja informal yang masuk ke sektor formal.

"Perubahan ini juga menjadikan kami harus mengevaluasi kembali strategi yang diterapkan di jaminan sosial. Jaminan sosial kita saat ini mengelola dana Rp 260 triliun dan kita akan arahkan untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional," ungkap Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com