Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Masalah Jika S&P Tak Beri "Investment Grade" untuk Indonesia

Kompas.com - 16/05/2017, 17:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) dikabarkan bakal segera mengumumkan hasil peringkat mereka terhadap Indonesia.

Diharapkan S&P dapat mengganjar Indonesia dengan predikat investment grade, sehingga citra Indonesia di mata investor semakin baik.

Akan tetapi, bagaimana jika S&P tidak memberikan predikat bergengsi tersebut kepada Indonesia?

Ekonom dan pembina Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Aviliani menilai, tidak masalah jika S&P tidak memberikan predikat investment grade kepada Indonesia.

"Saya tidak melihat lagi S&P sebagai salah satu yang benar-benar diperhatikan oleh investor asing. Menurut saya tidak usah terlalu khawatir dengan S&P," kata Aviliani kepada wartawan di Jakarta, Selasa (16/5/2017).

Menurut Aviliani, Indonesia masih dipandang menjanjikan oleh investor asing. Salah satu hal yang dipandang oleh investor asing adalah peristiwa apapun, termasuk yang berkaitan dengan politik, tidak terjadi berkepanjangan di Indonesia dan hanya berlangsung sebentar, serta tak anarkis.

Hal ini berbeda dengan beberapa negara yang sebenarnya potensial untuk investasi namun kurang kondusif dalam hal politik dan keamanan.

Citra keamanan, menurut Aviliani, harus dijaga dengan serius oleh Indonesia agar terus dilirik oleh investor.

Dalam memberikan predikat, imbuh dia, S&P tentu akan melakukan serangkaian pengukuran dan analisis. Beberapa aspek yang dinilai antara lain stabilitas makroekonomi dan keamanan.

"Kalau kita lihat dari analisis-analisis lembaga internasional, kita (Indonesia) dianggap risikonya tidak terlalu tinggi dibandingkan negara-negara lain kalau (ada) konflik. Seperti Pilkada misalnya, kita dianggap tidak separah negara lain," ungkap Aviliani.

Pandangan semacam itu, jelas Aviliani, harus dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia untuk menarik minat investor. Selain itu, ia juga menuturkan Indonesia sebaiknya tidak hanya membidik satu negara terkait investasi.

"Kalau perlu semua negara masuk ke sini dan investasinya macam-macam. Jangan hanya satu investasi," ungkap Aviliani.

Sekadar informasi, S&P menjadi satu-satunya lembaga pemeringkat internasional terkemuka yang belum memberikan predikat investment grade kepada Indonesia.

Lembaga pemeringkat lain, seperti Moody's dan Fitch Ratings sudah memberikan predikat tersebut.

Beberapa waktu lalu, perwakilan S&P sudah melakukan pertemuan dengan perwakilan pemerintah dan otoritas terkait, seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperoleh informasi terkini mengenai kondisi perekonomian Indonesia.

(Baca: Apa Efeknya Jika S&P Tidak Berikan Peringkat "Investment Grade"?)

Kompas TV Lembaga Rating Moody's Investors Service memperbaiki outlook rating kredit Indonesia dari stabil menjadi positif. Perbaikan rating ini dipicu menurunnya dampak kerentanan ekonomi dunia pada perekonomian Indonesia. Moody's menilai kebijakan yang diambil berbagai otoritas di Indonesia cukup efektif dalam meredam dampak gejolak ekonomi dunia. Moodys menambahkan, reformasi kebijakan subsidi BBM dan penguatan manufaktur pengganti impor juga turut memperkuat posisi ekonomi domestik Indonesia. Bila hal ini berlanjut, Moody’s membuka kemungkinan perbaikan rating lebih lanjut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com