Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2025, Panas Bumi Targetkan Sumbang Listrik hingga 7.200 MW

Kompas.com - 27/05/2017, 11:00 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap menyediakan 7.200 Mega Watt (MW) energi listrik yang bersumber dari panas bumi.

Angka itu merupakan 16 persen dari total 23 persen kewajiban pemerintah dalam menyediakan energi listrik dari sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT).

"Kebijakan energi nasional sekarang ini, panas bumi (7.200 MW) itu ditargetkan harus tersedia pada 2025," ujar Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak, usai meresmikan wahana baru di Taman Pintar, Jalan Panembahan Senopati, Kota Yogyakarta, Jumat (26/5/2017).

Dikatakan Yunus, energi listrik dari panas bumi yang tersedia saat ini baru mencapai 1.700 MW. Pihaknya kini tengah mencari dan mengembangkan panas bumi yang ada di sejumlah daerah di Indonesia untuk memenuhi kekurangan energi listrim yang mencapai 5.500 MW.

"Kami sudah ada road mapnya di mana-mana saja yang akan muncul. Cuman yang sudah pasti itu punya PT Pertamina Geothermal Energy. Mereka akan menyumbangkan sampai 2025 itu sekitar 2200 MW," kata Yunus.

Yunus menyatakan, beberapa perusahaan swasta asing berasal dari Turki, Jepang, Italia, dan Amerika juga akan terlibat dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia. Jika ditotal, total energi listrik dari panas bumi yang pasti tersedia pada 2025 itu baru mencapai 4.000 MW.

"Sisanya 1.500 MW kami dengan melakukan penugasan kepada BUMN tanpa lelang karena UU membolehkan. BUMN itu seperti Pertamina, Geo Dipa Energi, dan PLN," ucap Yunus.

Dikatakan Yunus, BUMN yang ditugaskan itu bisa memilih satu tempat untuk melakukan melakukan survei dan ekplorasi panas bumi. Menurutnya, BUMN itu akan mendapatkan hak istimewa jika berhasil menemukan panas bumi.

"Kewajiban pemerintah harus mengawal agar mereka melakukan pengembangan," kata Yunus.

Untuk mempermudah proses perizinan, kata Yunus, pihaknya juga telah menghapus sejumlah izin di kementeriannya. Menurut dia, setiap pengembang energi panas bumi tinggal mengurus izin di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

"Dari yang tadinya 40 izin sekarang tinggal tiga izin dan sudah ada di BKPM tidak lagi di tempat kami. Kami juga akan beri insentif seperti PPN impor itu bebas, bea masuk barang impor bebas, dan lainnya," kata Yunus.

Untuk tahun ini, Yunus mengatakan, pihaknya mendapatkan tambahan produksi dari sejumlah daerah untuk memenuhi target 2025. Satu di antaranya dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong, Sulawesi Utara yang menambah produksi sampai 40 MW.

"Kami juga ada tambahan 55 MW dari Ulu Belu, 30 MW dari Karaha, dan 110 MW dari Sarulla kedepan mungkin sekitar Juni itu akan kami kembangkan 30 MW. Saya kira itu tambahan kapasitas 2017," ujar Yunus. 

(Baca: Terganjal Sengketa, Potensi Panas Bumi Dieng-Patuha Tak Tergarap)

Kompas TV Subsidi Listrik Dicabut, Masyarakat Menjerit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com