Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Indonesia Diramalkan Bakal Kerek Suku Bunga di Semester II

Kompas.com - 01/03/2017, 10:25 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi memperkirakan, adanya kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunganya di semester II tahun ini.

"Hal itu ditopang dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan juga tekanan dari global interest rate yang didorong oleh Federal Reserve," kata Gundy dalam press release, ditulis Rabu (1/3/2017).

Gundy mengatakan, kunci utama pertumbuhan ekonomi tahun ini sebenarnya terletak di investasi. Pertumbuhan sektor manufaktur yang masih mengecewakan menjadi halangan utama untuk potensi investasi tahun ini.

"Walau bagaimana pun kami melihat tanda-tanda yang cukup positif dari data belakangan ini," ungkap Gundy.

Diantaranya ia sebutkan, pemulihan pada pertumbuhan ekspor, serta data investasi asing langsung yang menunjukkan adanya investasi asing langsung ke sektor manufaktur menyentuh rekor tertinggi 2016.

Membaiknya pertumbuhan ekspor merupakan satu hal yang positif. Kontribusi dari net ekspor untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan naik. Investasi akan lebih baik didorong dengan membaiknya fundamental ekonomi.

"Kami melihat kemungkinan besar kalau S&P akan menaikkan credit rating Indonesia tahun ini," ucap Gundy.

Sementara itu, pertumbuhan konsumsi diperkirakan masih akan terus stabil di kisaran lima persen. Adapun inflasi diperkirakan mencapai 4,5 persen, atau lebih tinggi dari 2016 yang sebesar 3,5 persen karena dampak harga minyak dan kenaikan harga yang diatur pemerintah.

Gundy menuturkan, pihaknya memprediksikan Federal Reserve bakal menaikkan suku bunga acuannya empat kali 25 basis points (bps) pada tahun ini.

DBS melihat pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) telah terus berlanjut, dengan data penyerapan tenaga kerja yang sudah hampir 100 persen.

"Perekonomian AS kini telah kembali ke full employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target the Fed, melewati level 2 persen sejak Desember 2016," imbuh Gundy.

Rupiah

Lantas bagaimana rupiah mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Fed? Untuk sementara ini, pasar keuangan baru melakukan penetapan atau penyesuaian (pricing in) sebanyak dua kali rate hike dari the Fed.

Lebih lanjut kata Gundy, mereka memperkirakan penguatan dollar AS akan kembali menjadi tema dominan sepanjang tahun ini.

"Rupiah tidak akan terhindar dari gelombang penguatan dollar AS ini. Walaupun perlu dicatat bahwa kami melihat Rupiah akan terus melanjutkan kemampuannya bertahan (resilient) dibandingkan rata-rata mata uang Asia lainnya," ungkap Gundy.

Kompas TV Perekonomian Indonesia Diprediksi Terus Membaik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com