Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Kementerian ESDM soal Perubahan KK Jadi IUPK Dinilai Salahi Aturan

Kompas.com - 25/04/2017, 20:34 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pihak yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil menilai pemerintah telah salah menerapkan kebijakan perubahan status perusahaan pertambangan dari kontrak karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Perubahan status ini dinilai telah bertentangan dengan Undang Undang Nomor (UU) 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba).

"Perubahan KK jadi IUPK, itu bertentangan banyak pasal dari UU minerba tersebut. Karena dasar hukumnya diciptakan sendiri dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri," ujar Ketua Tim Hukum Koalisi Masyarakat Sipil, Bisman Bakhtiar di Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Bisman menjelaskan, perubahan status perusahaan tambang menjadi IUPK harus melalui proses yang panjang. Proses awalnya ditarik dari kategori tanah pertambangan negara.

Tanah pertambangan negara, kata dia, dibagi menjadi tiga kategori yakni, Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN).

Setengah dari tanah pertambangan negara, terang Bisman, merupakan WPN. Menurut Bisman, WPN boleh dijadikan wilayah usaha pertambangan. Untuk menjadi wilayah usaha status WPN harus diubah menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK).

"Nah untuk menjadi WUPK harus persetujuan DPR, karena begitu strategisnya pertambangan ini," jelasnya.

Setelah mendapatkan persetujuan DPR, lanjut Bisman, WUPK akan berubah status menjadi Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK). Kemudian WIUPK akan dilelang kepada perusahaan tambang sehingga keluar IUPK.

"Itu lah mahkluk IUPK yang dikehendaki UU Minerba. Jadi kalau ditarik, IUPK itu lahir dari WIUPK, WIUPK itu lahir dari WUPK atas perkawinannya dengan WPN. akan tetapi tahu-tahu keluarlah KK menjadi IUPK, ini nggak ada asal-usulnya, nggak ada sejarahnya," katanya.

Bisman menambahkan, kebijakan pemerintah untuk mengubah status KK menjadi IUPK semata untuk memberikan izin ekspor konsentrat. Padahal, UU Minerba sudah tidak memperbolehkan ekspor konsentrat jika perusahaan bersangkutan tidak membangun smelter.

"Isinya hanya untuk mengizinkan ekspor, jadi KK disulap seolah jadi IUPK. Padahal IUPK harus melalui proses panjang," tandasnya.

Sekadar informasi, ketentuan perubahan status KK menjadi IUPK diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.

Aturan tersebut kemudian direvisi dan keluarlah Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2017‎ tentang perubahan Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com