Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bappenas: Industri Manufaktur RI Harus Jadi Pemasok Kebutuhan Global

Kompas.com - 13/06/2017, 13:10 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengatakan bahwa pihaknya mendorong transformasi perekonomian Indonesia dari berbasis komoditas ke manufaktur. Sebab kata mantan Menteri Keuangan RI tersebut, transformasi ekonomi itu penting sebagai prasyarat menjadi negara maju.

"Negara berbasis sumber daya alam tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan rawan gejolak dibandingkan mengembangkan industri manufaktur," kata Bambang dalam keterangannya, Selasa (13/6/2017).

(Baca: Indonesia Masuk 10 Besar Negara Industri Manufaktur Besar)

Bambang berujar, Indonesia, seringkali terlena dengan beberapa kali "booming" komoditas, sehingga lupa memperkuat industrialisasi dan infrastruktur.

"Ketika terjadi booming komoditas minyak, kayu, dan sawit/batubara, Indonesia mengekspor sebanyak-banyaknya, namun lupa dengan pengembangan infrastruktur dan manufaktur," kata dia. 

Lebih lanjut, rule of thumb negara industri adalah ketika porsi sektor manufakturnya berkontribusi sudah di atas 30 persen dari total produk domestuk bruto (PDB) suatu negara.

"Indonesia, pernah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen pada tahun 1990-an ketika mulai melakukan industrialisasi," kata dia.

Karenanya, di era Pemerintahan Joko Widodo dengan program Nawacita. Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat industrialisasi yang berbasis manufaktur dan infrastruktur.

Alasannya, ekonomi Indonesia sudah saatnya meninggalkan pola pertumbuhan berbasis komoditas yang sejak dahulu menjadi tumpuan utama.

(Baca: Industri Manufaktur "Mati Suri", Dua Sektor Ini Jadi Penopang Ekonomi)

 

"Kebangkitan sektor manufaktur diharapkan mampu mendukung kemandirian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Sehingga ekonomi nasional tidak lagi tergantung sektor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga serta gejolak ekonomi global," terang dia.

Saat ini industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan pemerintah. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 misalnya, Bappenas menetapkan tiga industri prioritas, yakni pertanian, pengolahan, dan pariwisata.

"Salah satunya kenapa pengolahan? Karena kita konsen terhadap kontribusi manufaktur terhadap PDB, yang sejak krisis cenderung turun," kata dia.

Untuk itu industri manufaktur Indonesia harus disiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global. Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari supply chain global.

"Caranya, sektor manufaktur Indonesia harus mampu memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh pasar global dengan menjaga kualitas terbaik. Dengan demikian, pasar global akan menjadikan produk Indonesia sebagai bagian dari rantai tersebut," kata dia.

(Baca: Dua Cara Membangun Industri Manufaktur Indonesia)

Kompas TV Membaiknya harga sejumlah komoditas andalan Indonesia membuat ekspor Januari meningkat hampir 28% ketimbang setahun sebelumnya. Di sisi impor, meski masih tumbuh, tapi pertumbuhannya hanya 14,5%. Sementara itu, ekspor produk manufaktur juga mulai meningkat. Alhasil, sepanjang Januari lalu, perdagangan Indonesia surplus hampir 1,4 Miliar Dollar. Badan Pusat Statistik menyatakan perbaikan ekonomi negara tujuan ekspor membuat nilai ekspor terus naik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com