Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Bea dan Cukai Tak Mencapai Target, Ini Alasannya

Kompas.com - 11/03/2015, 15:09 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,  realisasi penerimaan bea masuk, keluar, dan cukai per 28 Februari 2015, meleset dari target.

Penerimaan cukai mencapai Rp 17 triliun. Angka tersebut tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp 24 triliun per 28 Februari.  Kemudian realisasi bea masuk mencapai Rp 4 triliun, dari target Rp 6,2 triliun. Sedangkan bea keluar hanya Rp 544 miliar, dari target sebesar Rp 2 triliun.

Plt Direktur PPKC Dirjen Bea dan Cukai Oza Olavia, menilai penurunan untuk cukai biasa terjadi di awal tahun. "Cukai itu sebenarnya fluktuatif. Awal tahun memang biasanya turun, bulan-bulan berikutnya kita harapkan naik. Seperti tahun lalu ada pemilu, penerimaan dari rokok (tembakau) naik. Jadi memang ada hal-hal yang mempengaruhi cukai di Indonesia," jelas Oza di kantornya, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Menurut dia, 80 persen penerimaan cukai sampai 28 Februari ini, dominan berasal dari hasil tembakau. Selain itu, Oza tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh dari kebijakan pemerintah sebelumnya untuk menaikkan cukai rokok menjadi 8,7 persen di awal tahun 2015.

"Dari sisi bisnis bisa-bisa saja, karena memang rata-rata kenaikkan cukai rokok yang 8,7 persen utk 2015, berlakunya 1 januari. Bisa saja, tapi dominan atau tidak saya tidak tahu. Kenaikkan ini diharapkan bisa mendongkrak penerimaan nantinya," kata dia.

Selain itu soal tidak tercapainya realisasi bea masuk, Oza mengatakan hal tersebut disebabkan oleh perekonomian global yang juga sedang menurun. "Kalau bea masuk kita lihat secara makro ya, ada penurunan artinya terpengaruh dengan kondisi perekonomian dunia yang turun," jelas Oza.

Soal bea keluar yang juga tidak sesuai target, Oza mengatakan salah satunya imbas dari adanya peraturan dari ESDM mengenai pembebasan bea keluar untuk CPO (minyak sawit).

"Memang penerimaan bisa dari minerba walaupun terbatas. Karena tidak semua minerba dilarang. Dominan ini karena mineral, kalau kakao tidak," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com