Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak: Inseminasi Sapi, Teknologi Tahun 1970-an

Kompas.com - 23/06/2016, 06:45 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat  Perhimpunan  Peternak Sapi dan Kerbau  Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana menjelaskan, proses kawin suntik atau inseminasi buatan merupakan teknologi lama.

Tapi, teknologi ini kini kembali dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengembangbiakkan sapi lokal, dalam rangka swasembada sapi.

"Inseminasi buatan atau kawin suntik adalah teknologi lama untuk mengembangbiakkan sapi. Sudah diaplikasi mulai tahun 70-an," ujar Teguh kepada Kompas.com melalu sambungan telepon, Rabu (22/6/2016).

Budi menjelaskan teknologi kawin suntik ini umunya digunakan pada sapi perah bukan sapi pedaging.

"Untuk sapi perah dapat dikatakan sudah 100 persen menggunakan teknologi ini. Untuk sapi potong belum sepenuhnya diterapkan khususnya di luar Jawa karena banyak faktor selerti kurangnya tenaga inseminator," tegas Teguh.

Dia menambahkan, pemerintahan saat ini harus belajar kegagalan program inseminasi sapi lokal di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kalau kegagalan di era SBY karena perencanaan kurang bagus, karena tidak menggunakan data akurat dan asumsi yang tidak tepat. Selain itu terdapat cemaran kepentingan kepentingan yang tidak pas," kata Teguh.

Teguh berharap, kedepan program ini akan menguntungkan peternak sapi lokal. "Pemerintah harus tetap berorientasi bahwa peternak rakyat harus menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan daging nasional," pungkas dia.

Swasembada

Seperti diketahui, dalam mengatasi persoalan pasokan dan juga harga daging sapi,  pemerintah mengupayakan pembibitan sapi lokal melalui inseminasi buatan atau kawin suntik.

Presiden Joko Widodo mengharapkan dengan adanya program ini, Indonesia dapat mencapai swasembada daging sapi sendiri.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah, swasembada daging sapi baru bisa dilakukan sekitar sembilan hingga 10 tahun mendatang.

Sebab, dalam proses pembibitannya, pemerintah harus melakukan seleksi guna mendapatkan sapi-sapi yang mempunyai performa yang bisa dipakai untuk menghasilkan.

Upaya ini harus dilakukan secara terus menerus, sehingga semua potensi yang ada sangat memungkinkan bagi pemerintah dalam mewujudkan cita-cita swasembada daging. 

(Baca: Peternak: Pemerintah Mau Stabilkan Harga Daging Sapi atau Menurunkan Harga?

    
    
 
Kompas TV Ketua KEIN: Kuota Impor Diubah ke Sistem Tarif
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com