Mayoritas masyarakat Indonesia masih cenderung takut untuk berinvestasi. Mereka lebih memilih untuk menabung di deposito ketimbang berinvestasi .
Hal ini terbukti dari fakta sekitar 60 juta penduduk yang memiliki rekening tabungan di Indonesia, baru terdapat 3,8 juta rekening deposito (Januari 2017), dan 1 juta akun investor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, proporsi investor lokal di Indonesia merupakan salah satu yang paling rendah.
Rendahnya minat investasi masyarakat Indonesia juga dipengaruhi minimnya pengetahuan mengenai instrumen investasi, terutama yang berkaitan dengan pasar modal.
Untuk itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi dasar mengenai pentingnya investasi dan jenis instrumen investasi yang tersedia, sehingga memudahkan dalam memilih investasi yang cocok, baik dari segi keuntungan maupun risiko.
P2P Lending sebagai Awal Berinvestasi
Fintech dengan skema peer-to-peer (p2p) lending dapat menjadi media awal berinvestasi yang patut dicoba dengan kelebihan akses layanan yang semakin mudah dan nilai yang terjangkau. Masyarakat pun dapat belajar dasar-dasar investasi melalui kegiatan ini.
Perusahaan p2p lending menyediakan platform teknologi yang terintegrasi secara digital, dimana masyarakat yang memiliki sejumlah modal dapat menyalurkannya dalam bentuk investasi kepada peminjam.
Tahun 2016, tingkat imbal balik (net) yang dihasilkan oleh 4 perusahaan p2p lending di tanah air (KoinWorks, Investree, Modalku & Amartha) berkisar antara 17 persen sampai 20 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat ROI Indeks Saham Gabungan di 2016.
Berinvestasi lewat p2p lending juga relatif lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat. Nominal investasi bervariasi antara Rp 100.000 sampai dengan Rp 1.000.000, dan seringkali tanpa keharusan untuk memelihara portofolio pada nilai minimum tertentu, serta tidak adanya minimum fee.
Keuntungan lain adalah kemudahan dalam mengelola aktivitas investasi. Investor memiliki keleluasaan untuk berinvestasi secara pasif maupun aktif.
Jika investor memilih untuk lebih pasif, p2p lending menyediakan fitur investasi otomatis (auto invest) sesuai dengan preferensi, sehingga investor tidak perlu berpartisipasi dalam setiap kegiatan peminjaman dana secara manual. Investor dapat mengakses investasi secara berkala saja untuk memonitor portofolio mereka.
Platform p2p lending juga membantu melakukan analisa resiko, sehingga investor hanya perlu memperhatikan dua hal; pertama, memilih jenis peminjaman dana dengan profil yang sesuai dengan tingkat toleransi risiko dan imbal hasil yang diinginkan.