Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Batasi Volume Ekspor Konsentrat

Kompas.com - 25/09/2016, 19:34 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Organisasi non-pemerintah Publish What You Pay (PWYP) mengusulkan adanya pembatasan volume ekspor konsentrat.

Koordinator Nasional PWYP Indonesia Maryati Abdullah khawatir, apabila ekspor tidak dibatasi, perusahaan pertambangan mineral akan jor-joran mengekspor konsentrat sampai batas akhir diperbolehkannya aktivitas tersebut.

Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 1 tahun 2014, perusahaan pertambangan mineral diperbolehkan melakukan penjualan konsentrat ke luar negeri sampai tanggal 12 Januari 2017.

Menurut Maryati, volume konsentrat yang diekspor seharusnya juga dijadikan sebagai dasar pengenaan tarif bea keluar (BK).

Saat ini, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 153 Tahun 2014, pengenaan BK hanya didasarkan pada kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter).

“Kalaupun ada kemajuan pembangunan smelter, harus diatur volume ekspornya. Jangan sampai kemajuannya segitu-gitu saja, tetapi volume yang diekspor nambah. Habis lah konsentrat Indonesia,” ucap Maryati dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (25/9/2016).

Maryati menyampaikan, PMK 153 tahun 2014 mengatur, perusahaan yang sudah menempatkan jaminan kesungguhan dan mencapai kemajuan pembangunan smelter 7,5 persen dikenakan BK 7,5 persen.

Sementara itu, perusahaan yang mencapai kemajuan pembangunan smelter 7,5 persen – 30 persen dikenakan BK 5 persen. Sedangkan perusahaan yang mencapai pembangunan smelter di atas 30 persen, tidak dikenakan BK.

“Kritik kami terhadap PMK 153 adalah syaratnya hanya kemajuan pembangunan smelter. Seharusnya juga pada volume," kata Maryati. 

"Bayangkan kalau perusahaan besar yang sudah di atas 30 persen pembangunan smelter-nya, dia tidak dikenakan BK. Padahal yang diekspor itu jutaan ton (konsentrat).”

Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian ESDM per Agustus 2016 ada 26 smelter yang sudah mencapai tahap commissioning atau produksi (kemajuan 81 persen - 100 persen).

Smelter yang mencapai akhir tahap konstruksi (kemajuan 51 persen - 80 persen) ada enam smelter.

(Baca: Lima Bulan Lagi Perusahaan Tambang Tak Lagi Bisa Ekspor Konsentrat?)

Kompas TV Ekspor Manufaktur Naik, Indonesia Surplus

Sebanyak 11 smelter mencapai pertengahan tahap konstruksi pabrik (kemajuan 31 persen – 50 persen), dan 14 smelter baru tahap ground breaking dan awal konstruksi (kemajuan 11 persen – 30 persen).

Sementara itu ada 10 smelter baru memulai tahap analisis dan dampak lingkungan (kemajuan 6 persen – 10 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com